Rabu, 19 Juli 2017

4 Fungsi Bisnis Taman Safari Indonesia II, Prigen Pasuruan [Studi Excursive - Visit Company]








Taman Safari ini berlokasi di lereng Gunung Arjuna, Desa Jatirejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, Pulau Jawa, Indonesia.Taman Safari Indonesia II (TSI II) di Prigen ini sering juga disebut dengan nama Taman Safari Prigen, taman ini mulai beroperasi pada tahun 1997 serta menempati areal seluas 340 Ha, berada pada ketinggian antara 800 sampai 1.500 dpl dan berhawa sejuk. Selama berada didalam Taman Safari, pengunjung dapat berkeliling melihat kehidupan berbagai macam satwa, mulai dari satwa yang jinak sampai satwa liar.



Ketika memasuki area taman satwa, pengunjung diwajibkan untuk menggunakan kendaraan atau pengunjung dapat juga naik kendaraan yang telah disediakan oleh pengelola Taman Safari Indonesia II untuk berkeliling di area taman satwa. Taman Safari Indonesia II merupakan sebuah sarana hiburan atau rekreasi bagi semua kalangan, sekaligus memberikan wawasan pengetahuan dan pendidikan tentang satwa dan kehidupannya di alam bebas.

Area taman satwa dibagi menjadi 3 (tiga) zona, yaitu :
- Zona Kehidupan Satwa
Zona ini memperlihatkan kehidupan satwa dihabitatnya. Berdasarkan habitat asli masing-masing satwa dan kehidupannya di alam bebas, maka Taman
Safari Indonesia I membagi menjadi 4 (empat) kawasan tempat hidup satwa, yaitu : Kawasan Amerika, Kawasan Eropa, Kawasan Afrika dan Kawasan Asia.


- Zona Rekreasi
Merupakan tempat untuk pertunjukkan atraksi dari berbagai satwa, seperti atraksi yang dilakukan oleh gajah, beruang, monyet, anjing, kakatua, elang, macan, singa. Zona ini juga sebagai tempat untuk bermain anak-anak.

- Zona Baby Zoo
Di zona ini, pengunjung dapat melakukan pengenalan lebih dekat dengan anak satwa liar, dengan bermain dan berfoto bersama.



 Status penguasaan tanah di bawah wewenang Yayasan Taman Safari yang juga merupakan pemilik dan pengelola obyek wisata. Dengan fasilitas seperti bus safari, danau buatan, sepeda air, kano, kolam renang dengan seluncur ombak, kereta api mini yang melintasi perkampungan ala Afrika, taman burung, baby zoo, kincir raksasa, gajah tunggang, kuda tunggang, komedi putar, pentas sirkus, area gocart, children's play ground, bom bom car, rumah setan, kesenian tradisional dan sulap di panggung terbuka Balai Ruyung Safari. Jadi jika anda sayang keluarga, Taman Safari dapat dijadikan salah satu tujuan wisata anda yang tak boleh terlewatkan,selaain terhibur, banyak pengetahuan tentang binatang yang bisa kita peroleh saat kita berkunjung ke Taman Safari.



Dan pada saat yang bersamaan, Anda juga bisa menyaksian show edukasi satwa lainnya yang di Asia hanya bisa Anda dapatkan di Taman Safari Indonesia II, Prigen – Pasuruan yaitu Sumatran Tiger Education Show. Show hasil kerjasama dengan Australian Zoo ini akan menunjukkan betapa sangat luar biasanya para penguasa rimba ini ketika memburu mangsa mereka dengan tajamnya gigi dan cakar mereka.


Dan satu hal yang tidak boleh Anda lewatkan saat berlibur di Taman Safari Indonesia II, Prigen – Pasuruan. Yaitu tampilnya show terbaru dari Taman Safari yang sangat luar biasa. Journey To The Temple Of Terror sebagai show penutup setelah Anda dan keluarga sudah seharian menikmati serunya berlibur di Taman Safari.




Fasilitas
Atraksi Live Show:
Taman Safari Adventure
Tak Kenal Tak Sayang (Burung Hantu, Orangutan,dll)
Safari Special Show
Bid of Prey (Burung Elang)
Baby Zoo Adventure
Lumba-Lumba
Safari Waterworld
Journey to the Temple of Terror
Hotel and Restaurant
Global Warming Show (Orangutan, dll)

Elephant Education - Gajah Asia



Hewan-hewan

Mamalia
Unggas
Ikan
Elang
Kasuari

Burung Unta

Burung Nuri

Lumba-lumba (Atraksi)
Pelikan

Banteng Jawa


Zebra


Orangutan


Beruang





4 Fungsi Bisnis di TAMAN SAFARI INDONESIA II

1.      HRD
Mengelola sumberdaya manusia, mengatur gaji/pembayaran karyawan, memberikan pelatihan, monitoring.

2.      MARKETING
Melakukan visit ke klien-klien, melakukan followup terhadap business lead, membuat laporan kunjungan dan productivity.

3.      FINANCE
1. Warehouse, menyediakan seluruh penyediaan barang
2. Finance, menaungi Loketol dan Receptionis
3. Asset, menaungi Kantin dan lain-lain
4. Purchasing, ada bagian tiket
5.      Accounting, bagian mengontrol seluruh biaya yang ada pada TAMAN SAFARI INDONESIA II

4.      PRODUKSI
Bagian produksi disini lebih dijelaskan mengenai produk-produk yang di kelola di TAMAN SAFARI INDONESIA II PRIGEN.
1. Pupuk kompos kotoran satwa (th. 2000)
2. Papan rtikel dari kotoran gajah (th. 2014)
3. Biogas (th. 2014)
4. PLTS (th. 2013)
5. Pemuliabiakan Sapi Bali - Banteng Jawa / Jaliteng (th. 2010)




Sabtu, 15 Juli 2017

Management Investasi dan Portofolio - PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA (Persero) TBK. [Project UAS]



      Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Pada tahun 2009 momen tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.


      PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, biasa disebut Telkom Indonesia atau Telkom saja adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.

      Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,56%), dan 47,44% dimiliki oleh Publik, Bank of New York, dan Investor dalam Negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).




A.    Data Harga Saham

Tabel Harga Saham


Data: PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk





NO
Tahun
Harga Saham (Rp)
1
2012
1.316
2
2013
1.857
3
2014
2.644
4
2015
2.941
5
2016
3.855


*diambil per-desember


B.     Analisis Naik Turun Harga Saham


1.      Aksi Korporasi Perusahaan



Aksi korporasi yang dimaksudkan berbentuk kebijakan yang diambil oleh jajaran manajemen perusahaan. Dampaknya dapat mengubah hal-hal yang sifatnya fundamental dalam perusahaan. Kebijakan-kebijakan fundamental tersebut secara otomatis akan memengaruhi harga saham. Contoh, sepanjang kuartal I 2015, TLKM membukukan keuntungan sebesar Rp3,814 triliun atau naik 6,4% dibandingkan dengan periode yang sama 2014 sebesar Rp3,585 triliun. Sementara itu, pendapatan yang berhasil diraih pada kuartal I 2015 sebesar Rp23,616 triliun, naik 11,1% dibandingkan dengan periode sama tahun sebesar Rp21,25 triliun. Namun, ternyata pasar saham berkata lain. Kinerja yang kinclong tak terefleksi dalam pergerakan saham TLKM. Pasca kinerja diumumkan, saham Telkom sempat menukik tajam sebesar 10% menjadi Rp2.615 dari Rp2.905. Penurunan itu menggerus kapitalisasi pasar saham Telkom senilai Rp29 triliun menjadi Rp264 triliun dari sebelumnya sempat menyentuh Rp293 triliun. Bahkan, dalam penutupan perdagangan Selasa (5/5/2015), saham Telkom kembali tertekan menjadi Rp2.715 dari pembukaan Rp 2.750. Salah satu sentimen negatif bagi saham Telkom adalah tak kunjung selesainya transaksi share swap dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) dalam rangka monetisasi anak usahanya di bisnis menara, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).


2.      Proyeksi Kinerja Perusahaan pada Masa Mendatang


Kinerja Perusahaan yang Baik Memicu Kenaikan Harga Saham. Perkiraan terhadap performa/kinerja perusahaan juga jadi salah satu yang turut memengaruhi fluktuasi harga saham, karena performa perusahaan dijadikan acuan bagi para investor maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham perusahaan. Masalahnya hanya terletak pada prospek peningkatan kinerjanya dimasa depan yang tidak cukup baik, tetapi secara fundamental TLKM masih cukup baik, maka TLKM ini masih layak beli tetapi tidak untuk jangka panjang.



3.      Rumor dan Sentimen Pasar

Karena pasar saham sangat rawan terhadap  info-info manipulatif, berita, ataupun rumor, sehingga sekadar isu saja yang entah darimana sumbernya bisa berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan harga saham.




C.     Daftar Pustaka








Selasa, 13 Juni 2017

Management Investasi dan Portofolio - MODEL UKURAN KINERJA SAHAM [Tugas 7]




Banyak investor yang secara salah mendasarkan keberhasilan portofolio mereka hanya pada hasil (return). Hanya sedikit yang mempertimbangkan risiko yang mereka ambil untuk mendapatkan hasil  tersebut. Sejak tahun 1960-an, investor telah mengenal bagaimana mengkuantifikasi dan mengukur risiko dengan berbagai variasi hasil tersebut, namun tak ada satu pengukur yang secara khusus memperhitungkan risiko dan hasil secara bersamaan. Di sini, terdapat tiga set perangkat pengukuran kinerja untuk membantu kita dalam mengevaluasi portofolio.

MODEL:
1.      TREYNOR
2.      SHARPE
3.      JENSEN

Pengukuran Treynor

Jack L. Treynor adalah orang pertama yang menyediakan pengukur komposit kinerja portofolio yang juga memperhitungkan risiko. Tujuan Treynor adalah menemukan ukuran kinerja yang dapat diaplikasikan kepada seluruh investor, tidak mempedulikan preferensi risiko personal. Ia menyarankan bahwa ada komponen risiko, yakni  risiko yang dihasilkan dari fluktuasi di pasar dan risiko yang muncul dari fluktuasi sekuritas individual.

Treynor memperkenalkan konsep garis pasar sekuritas, yang mendefinisikan hubungan antara hasil portofolio dan tingkat hasil pasar, dimana kemiringan garis mengukur volatilitas relatif antara portofolio dan pasar (yang diwakili dengan beta). Koefisien beta secara sederhana mengukur volatilitas saham, portofolio atau pasar itu sendiri. Semakin besar kemiringan garis, semakin baiktradeoff risiko-hasil.

Pengukuran Treynor, juga dikenal sebagai imbalan kepada rasio volatilitas, dapat dengan mudah didefinisikan sebagai: 

          Hasil Portofolio – Tingkat Bebas-Risiko) / Beta

Pembilang mengidentifikasi premium risiko dan denominator berkaitan dengan risiko portofolio. Nilai yang dihasilkan menampilkan hasi portofolio per unit risiko.

Untuk lebih memahami bagaimana cara bekerjanya, anggaplah hasil tahunan S&P 500 (portofolio pasar) adalah 10%, sedangkan rata-rata hasil tahunan Treasury bills (contoh baik tentang tingkat bebas risiko) adalah 5%. Kemudian asumsikan Anda mengevaluasi tiga portofolio manajer yang berbeda dengan hasil 10 tahun sebagai berikut:

Manajer

Rata-rata Hasil Tahunan

Beta

Manajer A

10 %

0,90

Manajer B

14 %

1,03

Manajer C

15 %

1,20

Kini, Anda dapat menghitung nilai Treynor masing-masing, sebagai berikut:

T (pasar) = (0,10 - 0,05) / 1 = 0,056
T (manager A) = (0,10 - 0,05) / 0,90 = 0,056
T (manager B) = (0,14 - 0,05) / 1,03 = 0,087
T (manager C) = (0,15 - 0,05) / 1,20 = 0,083

Semakin tinggi ukuran Treynor, semakin baik portofolio. Mungkin Anda pernah mengevaluasi manajer portofolio (atau portofolio) hanya berdasarkan kinerja,  dan secara tidak sengaja mengidentifikasi Manajer C memberikan hasil yang terbaik. Kendati demikian, ketika mempertimbangkan risiko yang diambil masing-masing manajer untuk memperoleh hasil mereka masing-masing, Manajer B menunjukkan hasil yang lebih baik. Dalam kasus ini, ketiga manajer itu berkinerja lebih baik daripada pasar agregat.

Karena pengukuran ini hanya memperhitungkan risiko sistematik, maka diasumsikan bahwa investor sudah mempunyai portofolio yang terdiversifikasi dengan baik dan, oleh karena itu, risiko tidak sistematik (atau risio yang dapat didiversifikasi) tidaklah dipertimbangkan. Akibatnya, pengukuran kinerja ini sebaiknya hanya digunakan oleh investor yang memiliki portofolio yang terdiversifikasi.

 

Rasio Sharpe

Rasio Sharpe hampir identik dengan pengukuran Treynor, kecuali bahwa pengukuran risiko adalah standar deviasi portofolio, bukan mempertimbangkan risiko sistematik, yang ditampilkan oleh beta. Pengukuran yang diperkenalkan oleh Bill Sharpe ini, terkait erat dengan pekerjaannya pada model penetapan harga aset modal (capital asset pricing model/CAPM) dan diperjelas dengan menggunakan risiko total untuk membandingkan portofolio terhadap garis pasar modal.

Rasio Sharpe didefinisikan sebagai berikut:

          (Hasil Portofolio – Tingkat Bebas Risiko) / Standar Deviasi

Dengan menggunakan contoh Treynor di atas, dan asumsi bahwa S&P 500 mempunyai standar deviasi 18% selama periode 10 tahun, mari kita hitung rasio Sharpe untuk portofolio masing-masing manajer berikut ini:

Manager

Hasil Tahunan

Devisiasi Standar Portofolio

Manajer X

14%

0,11

Manajer Y

17%

0,20

Manajer Z

19%

0,27

S(market) = (0,10 - 0,5) / 0,18 = 0,278
S(manajer X) = (0,14 - 0,05) / 0,11 = 0,818
S(manajer Y) = (0,17 - 0,05) / 0,20 = 0,600
S(manajer Z) = (0,19 - 0,05) / 0,27 = 0,519

Sekali lagi, kita menemukan bahwa portofolio terbaik tidak harus memiliki hasil yang tertinggi. Sebaliknya, portofolio dengan hasil risiko disesuaikan (risk-adjusted return) paling superior, atau dalam kasus ini dana yang dikelola oleh manajer X.

Tidak seperti pengukuran Treynor, rasio Sharpe mengevaluasi portofolio manajer berdasarkan tingkat hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar devisiasi pada denominatornya). Oleh karena itu, rasio Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio.



Pengukuran Jensen

Seperti pengukuran kinerja yang didiskusikan sebelumnya, pengukuran Jensen juga didasarkan pada CAPM. Dinamakan sesuai pembuatnya, Michael C. Jensen, pengukuran Jensen memperhitungkan kelebihan hasil (excess return) yang diperoleh sebuah portofolio melebihi hasil yang diharapkan. Pengukuran ini juga dikenal sebagai alpha.

Rasio Jensen mengukur seberapa banyak tingkat hasil portofolio ditabalkan pada kemampuan manajer untuk mendapatkan hasil di atas rata-rata. Sebuah portofolio dengan kelebihan hasil yang positif akan mempunyai alpha yang positif, sedangkan portofolio yang secara konsisten memberikan kelebihan hasil yang negatif akan mempunyai alpha yang negatif.

Formulanya dapat dijabarkan sebagai berikut:

          Jensen Alpha = Hasil Portofolio – Hasil Portofolio Acuan

Dimana : Acuan Hasil (CAPM) = Tingkat Hasil Bebas Risiko + Beta (Hasil Pasar – Tingkat Hasil Bebas Risiko)

Maka, jika kita sekali lagi mengasumsikan tingkat bebas risiko 5% dan hasil pasar 10%, berapa alpha untuk reksa dana berikut ini?

Manajer

Rata-rata Hasil Tahunan

Beta

Manajer D

11%

0,90

Manajer E

15%

1,10

Manajer F

15%

1,20

Pertama, kita hitung hasil yang diharapkan dari portofolio:

ER(D) = 0,05 + 0,90 (0,10 - 0,05) = 0,0950 atau hasil 9,5%
ER(E) = 0,05 + 1,10 (0,10 - 0,05) = 0,1050 atau hasil 10,50%
ER(F) = 0,05 + 1,20 (0,10 - 0,05) = 0,1100 atau hasil 11%

Kemudian, kita hitung alpha portofolio dengan mengurangi hasil yang diharapkan dari portofolio dari hasil aktualnya:

Alpha D = 11% - 9,5% = 1,5%
Alpha E = 15% - 10,5% = 4,5%
Alpha F = 15% - 11% = 4,0%

Manajer mana yang terbaik? Manager E melakukan yang terbaik karena, meskipun manajer F mempunyai hasil tahunan yang sama, diharapkan bahwa manajer E akan memperoleh hasil yang lebih rendah karena beta portofolionya lebih rendah dibandingkan portofolio F.   

Tentu saja, masing-masing tingkat hasil dan risiko sekuritas (atau portofolio) akan bervariasi sesuai periode waktu. Pengukuran Jensen membutuhkan penggunaan tingkat hasil bebas risiko yang berbeda untuk masing-masing interval waktu yang dipertimbangkan. Oleh karena itu, katakanlah Anda ingin mengevaluasi kinerja fund manager untuk periode lima tahun menggunakan interval tahunan; Anda juga harus menelaah hasil tahunan reksa dana minus tingkat bebas risiko yang sama. Sebaliknya, Treynor dan rasio Sharpe menelaah rata-rata hasil untuk suatu periode total yang dipertimbangkan untuk semua variabel di dalam formula (portofolio, pasar dan aset bebas risiko). Kendati demikian, seperti pengukuran Treynor, variabel alpha pada Jensen memperhitungkan premium risiko dengan terminologi beta (sistematik, risiko tidak terdiversifikasi) dan oleh karena itu mengasumsikan bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik. Oleh karena itu, rasio ini akan memberikan hasil terbaik jika diaplikasikan dengan portofolio terdiversifikasi, seperti reksa dana.

Kesimpulan

Ukuran kinerja portofolio sebaiknya menjadi aspek kunci proses keputusan investasi. Perangkat tersebut memberikan informasi yang diperlukan bagi investor untuk menilai seberapa efektif dana mereka telah diinvestasikan (atau dapat diinvestasikan). Perlu diingat, hasil portofolio hanyalah satu bagian cerita. Tanpa mengevaluasi hasil risiko yang disesuaikan, seorang investor kemungkinan besar tak akan melihat seluruh gambaran investasi, yang mungkin secara tidak sengaja menyebabkan keputusan investasi yang suram.